Banda Aceh – Pernyataan yang menyatakan Illiza Saaduddin Djamal adalah sosok perempuan yang takut dengan Allah SWT terkesan tidak relevan dengan fakta sesungguhnya. Karena, jika memang benar Illiza takut dengag Allah SWT tentunya dirinya tidak berambisi dan memaksakan diri untuk maju sebagai Cawalkot atau orang nomor satu di Banda Aceh.
“Jika Illiza memang takut akan Allah SWT, maka tentunya harus menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT serta berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadist. Di dalam Al-Qur’an secara jelas telah ditegaskan bahwa dalam surat an-Nisa’ ayat 34 yang artinya: ” Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan). Jadi, tentunya jika Illiza benar-benar berpegang teguh dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, Illiza tidak akan berambisi menjadi orang nomor satu dan memahami fitrahnya sebagai seorang perempuan,” ungkap ketua Forum Aceh Bersatu (FAB) Saiful Mulki, Selasa, 17 September 2024.
Saiful Mulki melanjutkan, sebagaimana yang ditegaskan ulama kharismatik Aceh, Tgk Hasanoel Basry atau Abu Mudi bahwa “Ureung Agam yang mengurus ureung inong (lelaki yang memimpin perempuan), “Arrijalun kawwamuna ‘alannisa’. Sehingga ditulis di dalam kitab, syarat menjadi pemimpin adalah lelaki yang merdeka, berakal, sehat badan dan segalanya.”
“Ureung inong meunyoe kageucalon ka dipeubeut desya. Perempuan yang mencalonkan diri sebagai pemimpin ka ijak peubeut desya, karena dipeubeut beut yang han sah dikerjakan. Dipileh cit le ureung nyan ureung pilih pi salah, dosa. Dilantik, ureung lantik desya. Setelah dilantik sah dia sudah jadi pemimpin, inan lom yang masalah,” tegas Abu Mudi sebagaimana isi dakwahnya yang sempat viral di berbagai media sosial.
Jadi, kata Saiful, terlepas dari berbagai dalih dan alasan baik itu persamaan gender dan sebagainya, sebagai orang yang ingin dikatakan taat dan takut kepada Allah, Illiza semestinya mematuhi apa yang sudah digarisbawahi di dalam Al-Qur’an dan Alhadist sebagaimana penjelasan Abu Mudi tersebut.
“Bagaimana mungkin seseorang dikatakan taat dan takut kepada Allah SWT, jika apa yang telah digarisbawahi di dalam Al Qur’an dan Hadist justru dilanggar. Bukankah lebih tepat dikatakan bahwa sikap berambisi menjadi pemimpin nomor satu itu adalah bentuk pembangkangan nyata dari seorang perempuan terhadap fitrahnya yang telah digariskan dalam agama Allah SWT,” ujarnya.
Saiful juga membeberkan, terlepas dari pencitraan sambil turun lapangan terkait penegakan syariat islam yang pernah dilakukan Illiza, namun tragedi penangkapan ajudan Wali Kota Banda Aceh atas dugaan bermesum dengan seorang mahasiswi di kawasan Ulee Lheu yang berbuntut kepada pemecatan Komandan Pleton (Danton) Wilayatul Hisbah (WH) berinisial IH yang memimpin operasi penangkapan pada 2013 silam itu masih teringat di benak masyarakat.
“Jika penegakan syariat islam yang dimaksud adalah penegak syariat yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas itu memang sudah rahasia umum di masyarakat. Masyarakat pasti masih ingat tragedi di masa Illiza memimpin saat itu,” tambahnya.
Saiful mengatakan, jika memang Illiza sosok yang takut kepada Allah maka sudah saatnya untuk kembali ke jalan kebenaran sebagaimana yang digariskan Al Qur’an yang secara tegas melarang perempuan menjadi pemimpin.
“Kita bisa membaca kisah seorang Saidina Khadijah, Saidina Aisyah dan Saidina Fatimah yang merupakan tokoh perempuan yang sangat berpengaruh dan keluarga langsung dari Rasulullah SAW, namun mereka tak pernah berambisi untuk menjadi khalifah atau pemimpin dan memilih patuh terhadap apa yang telah digariskan dalam Agama-Nya Allah,” pungkasnya.(Ril)